Jumat, 19 Desember 2014

PENYESUAIAN DIRI REMAJA



 A. Konsep dan Proses Penyesuaian Diri
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengarungi oleh faktor- faktor lingkungan dimana  kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian diri yang baik atau yang salah, sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha memuaskan kebutuhan jasmaninya. Penyesuaian diri adalah suatu proses dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuain diri secara harmonis, baik kepada diri sendiri mapun terhadap lingkungannya.
1.   Pengertian penyesuaian diri
Penyesuaian berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya (survive) dan memperoleh kesejahteraan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian diri juga dapat diartikan bagai konvormitas, yang menyesuaikan  sesuatu dengan standart atau prinsip. Definisi lain mengenai penyesuaian diri yaitu, kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon- respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi- frustasi secara efisien individu memiliki kemampuan untuk menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai suatu penguasaan dan kematangan emosional.  Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya.

Proses Penyesuaian Diri, penyesuaian diri adalah proses bagaimana seorang individu dapat mendapat keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat manusia, terus- menerus berupaya menemukan dan mengatasi dan tantangan hidup guna mencapai pribadi sehat. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja mumcul konflik, takanan, frustasi, yang menyebabkan individu terdorong untuk meneliti berbagai kemungkina perilaku untuk membebaskan dirinya dari kegagalan. Contoh : Serang anak yang membutuhkan rasa kasih sayang dari ibuknya yang terlalu sibuk dengan tugasnya. Anak akan prustasi dan berusa sendiri menemukan pemecahan untuk mereduksi ketegangan  atau kebutuhan yang belum terpenuhi.  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi mengambil variasi bentuk, dimana setiap bentuk dpat diarahkan kepada rintangan atau faktor frustasi yang disebabkan oleh beberapa realita misalnya: pembatasan orang tua, hambatan fisik, aturan sosial, dan semacamnya.
Seseorang dikatakan berhasil dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannnya dengan cara-cara yang wajar yang dapat diterima lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.
Karakteristik penyesuaian diri tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena ada banyak rintangan dalam proses penyesuaian diri. Berikut ini akan ditinjau karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
a.    Penyesuaian diri secara positif
Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai dengan hal- hal berikut:
1.   Tidak menunjukkan adanya ketengan emosional
2.   Tidak menunjukkan adanya mekanisme psikologis
3.   Tidak menunjukkan frustasi pribadi
4.   Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
5.    Mampu dalam belajar
6.   Menghargai pengalaman
7.   Bersikap realistik dan objektif
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk antara lain: penyesuaian diri dengan menghadapi masalah secara langsung, penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan), penyesuaian diri dengan trial dan eror atau coba- coba, penyesuaian diri dengan subsitusi (mencari pengganti), penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri, penyesuaian diri dengan belajar, penyesuaian diri dengan pengendalian diri, penyesuaian diri dengan pengamatan yang cermat.
b.   Penyesuaian diri yang salah
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional , tidak ralistis, agresif dan lain- lain. Ada tiga bentuk reaksi yang salah dalam penyesuaian diri yang salah yaitu: reaksi bertahan, reaksi menyerang dan reaksi melarikan diri.
1.   Reaksi bertahan
Individu berusaha mempertahankan diri, seolah- seolah tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu berusaha menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus dari reaksi ini adalah:
  1. Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari- cari alasan untuk membenarkan tindakan
  2. Represi, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak kea lam tidak sadar. Ia berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis
  3. Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima. Misalnya seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya.
  4. Sourgrapes”(anggur kecut),yaitu dengan memutar balikkan keadaan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik mengatakan bahwa  mesin tiknya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengeti
2.   Reaksi menyerang
Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku menyerang untuk menutupi kegagalanya. Ia tidak mau menyadari kegagalanya. Reaksi- reaksinya Nampak dalam tingkah laku: selalu membenarkan diri nya sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, senang mengganggu orang lain, marah secara sadis, suka membalas dendam dan sebagainya.

3.   Reaksi melarikan diri
Dalam reaksi ini seseorang akan melakukan hal- hal seperti berikut: berfantasi yaitu memuaskan keigininan yang tidak tercapai dalam bentuk angan- angan,  banyak tidur, minum- minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang semodel dengan tingkat perkembangan yang lebih awal (misalnya orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil, dan lain- lain).


4.   Faktor – faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri
Proses penyesuaian diri identik dengan faktor- faktor yang mengatur perkembangan dan terbentknya pribadi secara bertahap. Penentu- penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut: kondisi- kondisi fisik (keturunan), susunan saraf, kesehatan, dan sebagainya, perkembangan dan kematangan ( kematangan intelektual sosial dan emosional), penentu psikologis (termasuk didalamnya pengalaman, penentuan diri, frustasi dan konflik), kondisi lingkungan (keluarga dan sekolah), penentu cultural (budaya dan agama).
Kondisi Jasmaniah
Struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku manusia sehingga dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukkan  bahwa ganggauan dalalm saraf, dan otot dapat menimbulkan gangguan mental tingkah laku dan kepribadian. Dengan demikin, kondisi sistem yang baik merupakan syarat bagi terjadinya proses penyesuaian diri yang baik. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.
Perkembangan, Kematangan dan Penyesuaian Diri
Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari proses instingtif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman.  Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak juga menjadi matang untuk melakukan respon dan menentukan pola penyesuaian dirinya.
Sesuai dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antar individu  yang satu dengan yang lainya, sehingga penyampaian pola penyesuaian diri juga berbeda secara individual yang dipengaruhi oleh beberapa kondisi seperti: emosional, sosial, moral, keagamaan, intelek.
Penentu Psikologis Terhadap Penyesuaian Diri
Beberapa faktor psikologis  yang mempengaruhi penyesuaian diri diantaranya adalah:
a.    Pengalaman
Tidak semua pengalaman berpengaruh terhadap pola penyesuaian diri. Pengalaman yang memiliki dalam penyesuaian diri adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman yang traumatik ( menyusahkan). Pengalaman yang menyenangkan cenderung bisa menimbulkan proses penyesuaian diri yang baik, sedangkan pengalaman traumatik menimbulkan penyesuaian diri yang kurang baik. Selain kedua pengalaman tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap proses penyesuaian diri.
b.   Proses belajar merupakan suatu yang menjadi dasar dalam penyesuaian diri, karena melalui belajar maka pola- pola respons akan berkembang dan membentuk kepribadian dalam proses penyesuaian diri, belajar merupakan salah satu proses modifikasi tingkah laku sejak fase- fase awal dan berlangsung terus- menerus sepanjang hayat dan diperkuat dengan kematangan.
c.    Determinasi Diri adalah peran seseorang untuk menentukan dirinya dalam proses penyesuaian diri, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian diri yang tinggi atau merusak diri. Faktor- faktor itulah yang dinamakan faktor determinasi diri. Determinasi diri memiliki peranan yang penting dalam proses pengendalian arah dan pola penyesuaian diri
d.   Konflik dan penyesuaian ada beberapa pandangan bahwa semua konflik mengganggu atau merugikan. Namun dalam kenyataan ada juga seseorang yang memiliki banyak konfilik tetapi tidak merusak atau merugikan. Sebenarnya, beberapa konflik dapat bermanfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan. Sehingga substansi dari proses penyesuaian ini terletak pada bagaimana seseorang untuk mengelola konflik yang dialaminya sehingga mengarah pada pencapaian tujuan yang menguntungkan baik secara individu atau sosial.
Lingkungan Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Berbagai lingkungan anak seperti keluarga dan pola hubungan di dalamnya, sekolah, masyarakat, kultur, dan agama berpengaruh dalam penyesuaian diri. Pola hubungan antar orang tua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian diri, seperti hubungan dimana orang tua menerima anaknya secara hangat sehingga anak merasa nyaman, atau dalam bentuk proses pendisiplinan yang berpengaruh terhadap pola pengaturan waktu bagi anak.
Kultur dan Agama Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Lingkungan kultural dimana individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola penyasuaian dirinya. Dimana seorang individu akan berusaha menempatkan dirinya dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainya.  Agama juga memberikan suasana damai dan tenang bagi anak. Agama merupakan sumber nilai kepercayaan dan pola- pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti ,  tujuan, dan kestabilan hidup manusia

B. Permasalahan- Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua, dan suasana psikologis, sosial dalam keluarga contoh: sikap orang tua yang menolak. Penolakan orang tua terhadap anaknya dibagi menjadi dua macam: pertama, penolokan mungkin merupakan dimana orang tua merasa tidak sayang kepada anakya karena berbagai bab. Seperti tidak menghendaki kelahiranya. Jenis kedua, penolakan juga ada dalam bentuk berpura- pura tidak tahu keinginan anak. Contoh: orang tua memberikan tugas kepada anaknya saata berbarengan dengan rencana anaknya untuk menonton bersama dengan teman- temanya.
Akumulasi dari kedua macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaaikan diri, cenderung untuk mengahbiskan waktu di luar umah. Terutama pada gadis, mungkin akan terjadi perkawinan di luar rumah. Karena menganggap keluarga dirumahnya tidak lebih baik. Bisa juga remaja akan berusaha menarik perhatianorang lain karena terlalu terkekang di dalam keluarganya
Penyesuaian diri remaja dengan kehidupan di sekolah.  Biasanya timbul ketika reamja mulai/ memasuki jenjang yang baru, baik sekolah lanjutan pertama atau sekolah lanjutan atas. Mereka akan mengalami penyesuain diri, teman, man mata pelajaran. Sebagai akibatnya antara lain prestasi belajarnya menurun dibangkan denga presestasi di sekolah sebelumnya . Tidak jarang terjadi anak tidak mau sekolah, tidak mau belajar, suka membolos  dan sebagainya karena ia dipaksa oleh orang tuanya utnuk masuk sekolah yang diinginkanya.

C. Implikasi Proses Penyesuaian Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Dalam kaitanya denga pendidikan , peranan sekolah pada hakekatanya sama dengan peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah. Oleh karena itulah di setiap sekolah lanjutan ditunjuk wali kelas yaitu guru –guru yang akan membantu anak-anak didik jika mereka menghadapi kesulitan dalam masalah pelajaranya, disamping itu  ada guru bimbingan dan penyuluhan untuk membantu anak didik dalam masalah didik, atau penyesuaian diri, baik terhadap dirinyas sendiri mapun tuntutan sekolah.
Upaya- upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja khsusunya di lingkungan sekolah:
1.   Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak
2.   Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah seperti dirumah baik secara sosial , fisik maupun akademis
3.   Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
4.   Menggunakan metode dan alat belajar yang menimbulkan gairah belajar.
5.   Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
6.   Ruangan kelas yang memenuhi syarat- syarat kesehatan.
7.   Pengaturan atau tata tertib yang jelas dan dipahami murid- murid.
8.   Teladan dari para guru dalam segala segi pendidikan.
9.   Kerjasama dan saling pengertian dari guru dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah.
10.  Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sebaik- baiknya.
11.  Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggung jawab baik pada murid maupun pada guru.
12.  Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat.

Karena disekolah guru merupakan figur yang sangat penting terhadap penyesuaian siswa-siswanya, maka dituntut sifat guru yang efektif yaitu (Ryans dalam Garrison, 1956):
1.   Memberi kesempatan, tampak antusias dalam aktivitas siswa dalam kelas.
2.   Ramah dan optimis
3.   Mampu mengontrol diri tidak mudah terganggu dan tindakannya teratur
4.   Senang kelakar, mempunyai rasa humor
5.   Mengetahui dan mengakui kesalanhannya sendiri
6.   Jujur dan obyektif dalam memperlakukan siswa
7.   Menunjukkan perhatian dan rasa simpati dalam bekerja dengan siswa- siswanya.



Evaluasi
1.   Kemukakan dengan bahasa Anda sendiri pengertian penyesuaian diri!
2.   Jelaskan apa yang dimaksud dengan penyesuaian diri terhadap suatu proses!
3.   Sebutkan contoh empat karakteristik penyesuaian diri secara positif!
4.   Sebutkan contoh tiga karakteristik penyesuaian diri yang salah!
5.   Jelaskan bahwa perkembangan dan kematangan merupakan faktor  yang mempengaruhi proses penyesuaian diri.
D. Kunci Jawaban
1.   Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses adaptasi untuk mencapai keharmonisan antar faktor internal dan eksternal dengan diri maupun lingkungan
2.   Penyesuaian diri adalah suatu proses berkesinambungan dan berkelanjutan dalam suatu aktivitas kehidupan individu mulai sejak lahir sampai ia meninggal untuk mencapai keselarasan dan keharmonisan terhadap dirinya sendiri maupun lingkungan dalam kondisi yang positif.
3.   Contoh penyesuian diri secara positif antara laing: tidak ada ketegangan dalam emosional, tidak terjadi frustasi, menggunakan pertimbangan rasional, realistis dan objektif dalam bertindak.
4.   Beberapa contoh karakteristik yang salah antara lain: reaksi bertahan, yaitu selalu membenarkan diri, menyerang yaitu selalu menyalahkan orang lain sebagai suatu cara untuk mendengarkan kesalahanya, dan melarikan diri yaitu suatu sikap yang ingin atau melupakan masalahnya dengan berbagai cara misalnya menjadi pecandu narkoba atau bunuh diri.
5.   Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon dalam proses penyesuaian diri juga mengalami perubahan misalnya dari respon yang dahulu bersifat instingtif menjadi respon yang diperoleh dari proses belajar dan pengalaman, dimana anak akan menjadi matang untuk menentukan pola- pola penyesuaian diri seiring dengan perkembangan dan kematangan pada dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar